Agama Budha merupakan sejarah
agama-agama di India yang dimulai semenjak
tahun 500 SM hingga tahun 800 M. Secara historis agama tersebut mempunyai kaitan erat dengan agama yang
mendahuluinya, akan tetapi juga mempunyai beberapa perbedaan dengan agama yang mendahuluinya dan yang datang
sesudahnya, yaitu agama Hindu.
Zaman Budha dimulai ketika
putra Raja Sudhodana yang bernama “ Siddharta”, menafsirkan Weda dari sudut
logika dan mengembangkan sistem Yoga dan Semadhi sebagai jalan untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan. Agama Hindu dari India Selatan menyebar sampai
keluar India dengan berbagai cara. Terutama melalui perdagangan bebas
internasional.
Michael Keene (2006, hal.
68-69) Siddharta Gautama lahir sekitar tahun 560 BCE di India bagian timur
laut, beliau merupakan salah seorang intelektual terbesar dan pusat spiritual
dunia. Sebuah legenda menyatakan kelahirannya yang menyatakan bahwa seorang
wanita bernama Maya, ibunya, memimpikan seekor gajah putih masuk kedalam
rahimnya. Sepuluh bulan kemudia ia melahirkan dan seketika bumi bergetar selama
bulan purnama dibulan Mei. Maya meninggal tujuh hari kemudian, yang menurut
legenda karena ia yang telah melahirkan seorang Budha sudah tidak dapat lagi
memenuhi keinginan-keinginan yang lain. Anak itupun dibesarkan dalam kehidupan
mewah oleh bibinya.
Pangeran muda ini menikah
dengan Gopa atau Yashodara yang kemudian melahirkan seorang anak pertamanya dan
diberi nama Rahula yang artinya “belenggu” karena ia merasa terpenjara dengan
gaya hidup yang dialaminya. Ketika perlahan berhasil keluar istana, ia
mendapatkan 4 pengalaman yang memperkuat kehendaknya:
Ia melihat seorang laki-laki
tua yang lemah dan menyaksikan betapa usia tua itu menghancurkan ingatan,
keindahan, dan keperkasaan. Ia tidak pernah bertemu dengan orang tua
sebelumnya.
Ia melihat orang cacat yang
tersiksa kesakitan, ia merasa tercengang melihat penderitaan demikian dan
bergetar seperti pantulan cahaya bulan didalam riak air. Ia tidak pernah
mengalami penderitaan seperti ini.
Ia melihat orang sedang mengis
dalam duka dan prosesi pemakaman dan perasaannya terganggu oleh suasana
penderitaan karena kematian. Ia tidak pernah melihat peristiwa kematian
sebelumnya.
Ia melihat seorang suci sedang
mengembara dengan rasa puas dan gembira, berjalan berkeliling dengan mangkok
derma ditangannya. Ia tiba-tiba mengerti bahwa semua kesenangan hidup tidak
berarti. Yang ia rindukan adalah pengetahuan akan kebenaran, maka pada tengah
malam ia meninggalkan istananya untuk menemukannya.
Pada saat itu Siddharta
bergabung dengan banyak orang suci dalam mencari pengetahuan akan kebenaran.
Lalu saat melakukan pencerahan Siddharta di panggil oleh dewa tertinggi yaitu
Brahma hingga 3 kali, di utus untuk membantu orang lain menerima pencerahan.
Panggilan ini ia jalankan hingga 44 tahun.
No comments:
Post a Comment