Kata “phobia”
sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut
dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak
zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa dan tanpa alasan
terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap phobia
merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa
menghambat aktivitasnya
Bila seseorang yang
menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya
takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
* Jantung berdebar
kencang
* Kesulitan mengatur
napas
* Dada terasa sakit
* Wajah memerah dan
berkeringat
* Merasa sakit
* Gemetar
* Pusing
* Mulut terasa
kering
* Merasa perlu pergi
ke toilet
* Merasa lemas dan
akhirnya pingsan
Kita mungkin jengkel
melihat teman, saudara atau pasangan kita yang phobia. Suasana menjadi kacau,
karena sesuatu yang kita pandang biasa malah membuatnya berteriak histeris,
lari, atau bahkan pingsan. Seperti yang dialami suamiku, dia phobia banget
kalau melihat darah. Pernah ketika itu menjenguk saudara dirumah sakit karena
kecelakaan, suamiq terdiam setelah itu tiba - tiba pingsan gara - gara liat
darah wach..jadi bener - bener kacau. Niatnya menjenguk ech malah jadi yang
dijenguk. Tapi sekarang banyak cara mengatasi phobia. Berikut berdasarkan info
yang ku dapat ada beberapa perawatan utama untuk mengatasi fobia, yaitu:
Terapi berbicara.
Perawatan ini
seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang
bisa digunakan adalah:
Konseling: konselor
biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat
berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya fobia. Setelah itu
konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya.
Psikoterapi: seorang
psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk menemukan
penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Terapi perilaku
kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan
menggali pikiran, perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan
cara-cara praktif yang efektif untuk melawan fobia.
Terapi pemaparan
diri (Desensitisation).
Orang yang mengalami
fobia sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang
dikenal dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap
selama periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang
membuatnya takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas
atau takut lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan
pengobatan dan terapi perilaku.
Menggunakan
obat-obatan.
Penggunaan obat
sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya dengan
terapi bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan
untuk mengatasi efek dari fobia seperti cemas yang berlebihan.
Terdapat 3 jenis
obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, yaitu:
Antidepresan: obat
ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas, penggunaannya dizinkan untuk
mengatasi fobia yang berhubungan dengan sosial (social phobia).
Obat penenang:
biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini
bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan
harus serendah mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4
minggu. Ini dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan.
Beta-blocker: obat
ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang berhubungan dengan
kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai detak jantung tak
beraturan.
No comments:
Post a Comment